Kekurangan itu bisa menjadi karisma tersendiri, Aku bersyukur menjadi diriku, tak ada orang yang sepertiku. Risna, kamu harus beryukur tiap saat yah! Kalo lupa, tilawah hari ini nambah satu lembar. Janji?

Kamis, 30 Juli 2009

Saat Harus Pergi (By: Rhyzna_Ngel Courtesy)

Hari ini bukan hari yang spesial bagiku. Rintik hujan mengguyur deras kampusku yang bercat biru lusuh ini kurang lebih 3 jam semenjak aku duduk mendengarkan salam terakhir dari 3 Bapak tua namun berwibawa. Almamaterku mungkin bukanlah sesuatu yang berarti dalam hidupku. Tapi hari ini kuusap ia dengan segenap cinta dan haru. Aku lulusan terbaik nomor dua setelah Fadlan, kakak tingkatku yang jenius di Sastra Inggris. Bahkan aku yang tak pernah rela mengaku kalah harus mengakui kehebatannya. Indeks Prestasinya selalu di atas 3.70. Ia telah memegang sertifikat translator terbaik se-Asia dan pernah menjuarai Clasic Literature Research ajang Internasional. Sosok putih berkacamata itu bukan hanya Dahsyat di bidang akademik, tetapi juga pernah membawahi tiga organisasi sekaligus. Ya, dia seorang aktivis yang diakui keilmuannya. Namun aku juga seorang mantan ketua Departemen Humas di SCP( Sastra Club Presenting), SekJen Badan Eksekutif Mahasiswa se-Universitas, dan Kabid Keputrian PUSDIMA. Prestasiku tak kalah banyak dari dirinya. Aku pernah mengantongi tiket Malaysia, Australia, Korea, dan Cairo karena kehebatanku dalam menulis sastra yang diterjemah dalam 4 bahasa. 2 Novel dari lima yang kutulis bahkan telah menjadi Best Seller se-Asia. Hanya satu yang tak kumiliki saat pertama kali berhadapan dengan audience, tak mampu membawa PERCAYA DIRI di organisasi ketika perkuliahan berlangsung. Pernah suatu ketika aku harus presentasi di depan kelas,
“ Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuhu, Baik, saya Xyilia akan memberikan sekilas contoh tentang Epic, bentuk pertama literature. Emmm,” Kedubrak!
“Xyil, kamu kenapa sih?”
Samar-samar kudengar suara itu. Wajahku sakit sekali seperti kena tepuk berpuluh-puluh kali. Hidungku bahkan terasa panas. Dan terakhir jilbab yang kukenakan begitu lembab. Sedikit demi sedikit, aku mulai melihat dengan jelas. Di sana ada beberapa orang yang terlihat panik. Kutengok meja sebelah kiri tempat itu, botol minyak angin yang telah kosong. Lalu kuarahkan pandanganku ke depan. Di sana terdapat 3 botol sedang Aqua yang telah tak berisi. Aku mulai mengerti mengapa aku merasa sakit? Aku menghela nafas dengan kencang, namun……….
“Xyil, jangan marah dulu! “ pinta Resa memelas
Aku bangkit dan menatap tajam kelima dari mereka satu persatu, dan berakhir dengan Resa.
“Gimana kita nggak panik, kamu tadi “KO”nya lama banget, hampir lima jam. Jadi selama tiga jam kami bergantian memberikan rangsangan agar kamu bangun.”
Aku menatap geram mereka berlima. Aku tak habis pikir, haruskah menghabiskan sebotol minyak angin dan 3 botol aqua untuk menyadarkanku? Mengapa mereka tak sabar sekali menunggu aku siuman? Namun, syukurnya wajah-wajah mereka yang memelas harap-harap cemas membuatku segera sadar untuk tak melontarkan kalimat-kalimat yang sudah kurancang.
Aku tersenyum geli mengingat kejadian itu. Mereka pemerhatiku yang intensif. Aku tak tahu bagaimana jika aku jadi mengeluarkan kata-kata itu. Bisa-bisa reputasiku hancur. Aku yang dianggap lembut, selalu berkhusnudzon, dan cerdas menganalisa sebuah kejadian tiba-tiba melakukan hal bodoh yang belum dianalisa alasannya.
Di antara bisingan serta haru biru mahasiswa-mahasiswa yang telah memakai toga, terselip luapan-luapan istimewa dari hati yang harus berkejar-kejaran hendak keluar. Petikan gitar plus iringan lagu persada yang mengalun lembut kini terasa penuh arti. Walaupun orang-orang telah mendengar lagu itu berpuluh-puluh kali, namun lagu itu begitu asing bagiku. Ini kali kedua aku mendengarnya. Aku tak pernah mempunyai koleksi lagu-lagu pop di notebookku. Yang kusimpan adalah selusin lagu Perjuangan, Opick, kumpulan nasyid terbaik, puluhan video perjuangan dan pengorbanan, kumpulan 4 bahasa asing, kumpulan literature, ratusan file taujih, dan terakhir novel-novelku.
Pernah ada rasa cinta
Antara kita kini tinggal kenangan
Ingin kulupakan
Semua tentang dirimu
Namun tak lagi tak seperti dirimu oh bintangku
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Disini aku merindukan dirimu
Ingin kucoba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu Oh bintangku
Aku tak mampu lagi menahan desakan-desakan yang menghantam seluruh pori-poriku. Kugapai almamaterku yang sedari tadi kuusap dan kubiarkan menutupi seluruh wajahku. Dengan sesenggukan, kurekam kembali memori-memori ketika aku pertama kali masuk kuliah, berinteraksi dengan sesama pembelajar, berkonsultasi ria dengan dosen, berkenalan dengan dunia organisasi yang orang-orangnya beraneka ragam karakternya. Dari yang lugu namun jenius, besar mulut namun kosong ilmunya, lugu plus kurang pengetahuannya, besar mulut namun berilmu. Dari yang tak paham agama, tak biasa berjabat saat bertemu, hingga orang yang agamanya level atas telah kutemui di sini. Namun, hari ini aku harus pergi. Lalu Jika aku telah tak di sini, masihkah mereka akan mengenangku? Mengukir namaku di setiap kekuranganku, menyelipkan langkahku di lembar perjuangan, meneladani kisahku yang tak pernah sempurna ini. Entahlah!
“Mba Xyilia, selamat ya. Tetap berkunjunglah di kampus yang lusuh ini!” kata seseorang yang sepertinya berdiri di hadapanku.
Kubuka perlahan almamaterku dari wajahku. Kusambut tangannya yang sepertinya telah terulur lama sembari berdiri dan mendekapnya. Mataku yang sembab tak dapat berhenti menahan lelehan airmata. “Syuqron katsir ya Ukhti…!”
Sambil bergantian mengucap selamat akan kelulusan, mengatakan pesan&kesan pada adik-adik tercinta, generasi penerusku kelak di kampus tercinta, aku tak henti-hentinya bertasbih atas nikmat yang diberikan kepadaku. “Maka Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang akan kau Dustakan?” Hari ini memang tak lebih spesial dari hari-hariku sebelumnya. Dan persepsi yang harus kurubah, Mereka tidak akan pernah melupakanku! Saudara-saudara seperjuanganku akan tetap menorehkan namaku di hati mereka. Biografiku akan tetap ada di lembaran struktur organisasi Lembaga kampus. Kampus akan tetap menyediakan tempat untukku, terbukti hari ini aku langsung diangkat sebagai Pengelola dan Penulis tetap majalah mingguan ternama kampusku yang telah menjelajah di Asia Tenggara menggantikan Pak Tyhua yang pindah ke Jepang.

Tidak ada komentar: