Kekurangan itu bisa menjadi karisma tersendiri, Aku bersyukur menjadi diriku, tak ada orang yang sepertiku. Risna, kamu harus beryukur tiap saat yah! Kalo lupa, tilawah hari ini nambah satu lembar. Janji?

Senin, 25 Januari 2010

Manajemen Facebook Para ‘Facebookers Sejati’: Belajar Tidak Egois dengan Status

Ditulis oleh : Rhyzna_metamorphosiscinta
Theme credit : Agar setiap detik lebih bermakna
Catatan pena : ’Kucengkeram Engkau Dengan Pena’
Posted : 25 Januari 2010
Teruntuk : Semua Rekan yang Peduli Fungsi Media Sesungguhnya

Metamorphosiscinta_Kucek DPNA. Dunia maya makin lama makin menunjukkan eksistensinya. Ketika bangun tidur, sarapan, mandi (terbalik ga ya, mandi apa sarapan dulu sih?), beraktivitas, hingga tidur lagi tak pernah ketinggalan kosakata yang menjadi lagu terpopular, “Online, online”. Ada banyak fasilitas dunia maya yang mulai merasuki anak muda sekarang, dari friendster, YM, facebook, blog, hingga twitter merajalela. Mirisnya semua kalangan masyarakat mulai terbiasa mengonsumsinya, salah satunya mungkin kalian yang membaca artikel saat ini. Isinya ya berkisar dari kegiatan yang sedang/baru saja/telah/akan dilakukan pemilik layanan itu. Atau paling tidak perasaan sang pemilik, baik marah, kesal, senang, dan sedih. Atau ada juga yang menuliskan kata-kata bijak, nasehat, dan sebagainya.

Facebookers Sejati???
Well, yang akan penulis kupas saat ini hanya tentang satu layanan dunia maya yang paling banyak digunakan yaitu Facebook. Lalu siapa yang dikatakan facebookers sejati? Apakah yang eksis dalam meng-update status, chatting, memberi comment, dan 24 jam online? Jawabannya Tidak. Tidak benar dan tidak pula salah.
1. Facebookers sejati pandai modifikasi kata
Penulis tidak bermaksud mengucilkan kata-kata sederhana, seperti “aku capek”, “Nggak semangat”, “Aq lagi di pantai nih, enak tenan”, dsb. Sekali lagi bukan maksudnya tidak menghargai kata-katamu dan mempersalahkan kata-kata di statusmu, tapi seandainya status ‘nggak semangat’ diganti “Kudu semangat!” rasanya akan terbaca lebih bijak. Selain bisa membuat dirimu bersemangat kembali, yang membacapun akan ikut bersemangat. Begitu pula dengan status seperti “aq lagi di pantai nih, enak tenan”, bisa dimodifikasi menjadi “Dahsyatnya yang telah menciptakan angin sepoy-sepoy di pantai ini, air yang biru, pasir yang putih, Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan?”. Dengan kata lain, modifikasi ini dimaksudkan agar kata lebih bermakna dan efisien. Kalau hanya menyatakan di mana kamu berada sekarang, sifatnya hanya informatif dan tidak edukatif. Namun jika ditambahkan sedikit kata-kata bijak, statusmu bernilai informatif dan edukatif (dalam kasus ini mendidik untuk pandai bersyukur, red). Toh, kamu tak kehilangan esensi statusmu kan? Malah mendapat kepuasan tersendiri karena statusmu memiliki nilai plus.

2. Facebookers sejati pandai berpolitik
Politik tidak hanya berlaku bagi kalangan pejabat atau pemerintahan, namun juga dalam pengelolaan facebook.
a) Status Bijak Vs Status Egois = 11:12
Mengingat banyak pengguna facebook selalu online dari bangun tidur hingga tidur lagi, peluang memberikan manfaat kepada orang lain semakin besar. Ingat kutipan ayat yang juga pernah kutulis di statusku? “Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya, adapun yang memberi manfaat bagi manusia, ia akan tetap tinggal di bumi” (Qs. Ar-Ra’d: 17). Jadi, seandainya banyak temanmu yang online dan meng-update status, kamu jangan mau kalah dalam meng-update status(Ingat statusmu paling tidak harus bernilai informatif dan edukatif). Lawan status-status biasa dengan status bijakmu. Paling tidak jumlah status bijak sebelas banding dua belas dengan status egois.

b) Politik kata
Sering kali bahasa monoton status yang berisikan kata-kata bijak, kutipan ayat ataupun hadits membuat facebookers malas membaca statusmu. Variasikan cara penyampaiannya. Gunakan kalimat-kalimat bermakna implisit, berikan kalimat-kalimat yang kontras dengan hatimu, seolah sepakat dengan hal yang salah namun akhirnya menuju hal yang kamu maksud. Misalnya menambahkan kata menggelitik, terlihat lucu, dan konyol untuk mengawali hal-hal yang sebenarnya ironis (sekali lagi kusampaikan, harus ada pesan dari tiap status).
“Di antara (tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi)
Politik kata juga berguna sekali bagi facebookers yang sering curhat melalui statusnya. Namun politik kata membuat curhatmu menjadi implisit dan lebih bermanfaat tentunya. Seandainya sedang kesal, jangan sekali-kali menyatakan kekesalanmu. Cari kata-kata bijak/nasehat/lirik lagu yang memiliki pesan positif/kutipan ayat/hadits yang mampu meredam kekesalanmu, lalu berikan penggalan kata terserah di awal/akhir kalimat namun tersirat akan kekesalanmu. Di sinilah letak politiknya, kamu tidak lantas menulis mentah-mentah apa yang kamu rasakan tapi secara implisit sebenarnya kekesalanmu telah tertumpahkan dengan kata-kata yang terselip dalam kata bijak di statusmu saat itu. Insya Allah lebih bermanfaat ketika kamu bisa menyulap kata-kata hujatan kekesalanmu menjadi sebarisan kalimat bijak.

3. Facebookers Sejati Tidak Menganut Sistem Olok Kali Singgung
Karakter yang satu ini bukan hal panjang kali lebar, tapi tentang etika dalam penulisan status. Usahakan statusmu tidak menyinggung orang lain dan baik secara sembunyi atau terang-terangan mengolok orang lain. Jangan pernah melemparkan kata-kata yang kurang nyaman ke dalam statusmu. Hindari segala macam kekerasan(eit salah) maksudnya kata-kata tiiiittt di facebookmu.

4. Facebookers Sejati Punya Target
Setelah modifikasi, berpolitik status, dan menjauhi status olok kali singgung, penting juga untuk diingat, dalam penulisan status harus punya target tertentu. Dua komponen di bawah ini menjadi sangat penting dan tak terpisahkan.
a) Siapa targetnya; “Orang yang kutargetkan membaca statusku adalah si anu, bubuhan anu yang masih suka malas mandi.”
Mengetahui siapa targetnya juga memudahkanmu dalam pemilihan penggunaan bahasa. Kamu sebaiknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kondisi mereka agar pesanmu dalam status mudah diterima. Misalnya targetmu adalah remaja, tapi kamu menggunakan bahasa yang terlalu formal. Ini tentu tidak sesuai dengan mereka yang menginginkan bahasa yang lebih santai.
b) Apa target pencapaiannya; “Seandainya aku pasang status yang ini, berarti minimal satu pembaca statusku siaga akan penipuan yang sering terjadi saat ini.”



5. Facebookers Sejati Pandai Prediksi Status
Sebagai bahan evaluasi, ada baiknya kamu punya kalkulasi berapa banyak pengunjung/pembaca statusmu. Seandainya punya 100 orang teman, berarti kamu punya peluang minimal 1/100 pengunjung/pembaca statusmu. Alhamdulillah, boleh jadi hari ini 1 orang yang membaca statusmu, besoknya 2 orang, hingga dua minggu kemudian 50 orang yang membaca statusmu per hari. Alhamdulillah kamu punya 50 kebaikan per harinya.
Kalkulasi ini juga berguna untuk memperbanyak jumlah pembaca statusmu, kamu bisa mengkalkulasikan status-status yang menjadi perhatian paling banyak, bisa di identifikasi dengan seberapa banyak yang memberi komentar atau yang menyukai statusmu. Dengan demikian, kamu bisa mengembangkan atau menulis kembali status tersebut dengan beberapa revisi.

6. Facebookers sejati tidak lupa….
Hal ini juga teramat penting, facebookers sejati tidak lupa:
a. Kewajiban (Bagi yang muslim; shalat tetap tepat waktu, birul walidain/ berbakti kepada orang tua, begitupun bagi yang non-muslim tidak lupa dengan ibadahnya)
b. Belajar(Bagi yang sekolah dan kuliah) dan tidak lalai dalam bekerja (bagi yang telah memiliki pekerjaan)
c. Menjaga kesehatan (keterlaluan sepertinya kalau facebook membuat orang lupa makan dan minum)

Akhirulkalam, mudah-mudahan 6 karakteristik facebookers sejati ini menjadi pembelajaran agar status tidak bernilai egoisme belaka. Komentar yang banyak namun tidak memunculkan inspirasi bagi orang lain sama saja bohong belaka. Status egois hanya akan diingat pada detik itu dan tidak pada detik kemudian. Semoga artikel ini bisa menginspirasimu.
“Lebih baik berbuat walau sedikit, daripada tenggelam dalam angan-angan,” (Gus Zainal Thoha, sastrawan, budayawan, kolomnis, penulis, dan dosen UGM)

Catatan penting:
Karena status berhubungan erat dengan kegiatan menulis, catatan khusus berikut ini juga perlu digarisbawahi, disadur dari buku karangan Habiburrahman el Shirazy; Fenomena Ayat-Ayat Cinta,”Menulislah apa saja namun jangan menulis sesuatu yang sifatnya melenakan dan melalaikan, menulislah untuk membangkitkan dan mengobarkan semangat. Menulislah dengan memperhatikan nilai yang terkandung di dalamnya”.

Atas nama penulis:
Penulis mohon ampun pada Allah dan mohon maaf pada para pembaca jika ada kata yang kurang berkenan -Mohon berkhusnudzon dengan tujuan penulis-Kucengkeram engkau dengan pena_Kucek DPNA: diam atau non aktifkan saja facebookmu kalau sudah tidak memiliki nilai plus-Mohon konfirmasi jika mengcopy artikel ini--Terima Kasih-

“Ketika aku sedang tidak dimengerti oleh orang lain, mungkin saja saat itu aku tidak mau mengerti dengan perasaan orang lain. Selamat belajar agar tidak egois!”

24jan2010-17:47 Wita-Tak beranjak dari kamarku hingga akupun merelakan tak ikut refreshing bersama ortu dan adik-adikku- revisi: 25jan2010-14:09 wita

Senin, 18 Januari 2010

“Nak, Bisa Nggak Sekali Aja Nurut Sama Ibu?”

Bismillahirrahmanirrahim. Cerita ini berawal dari pengamatan saya tentang sebagian besar pola tingkah laku balita. Di masa-masa seperti mereka, yang ada dalam pikirannya hanyalah bermain dan takkan pernah bosan dengan kosa kata ‘bermain’. Apapun yang dilihat seolah memberikan inspirasi bagi mereka untuk melakukan hal-hal baru. Mereka jarang sekali memikirkan akibat dari apa yang mereka lakukan. Maka tak jarang ada saja yang membuat orang tua begitu geram terhadap kelakuan sang anak. Perhatikan contoh kasus yang saya paparkan di bawah ini.
Anak berumur 4 tahun berjalan ke sana kemari di dalam rumahnya sambil memegang remot televisi. Karena dilihatnya tak ada acara anak-anak yang menarik, dengan secepat kilat ia mencabut kabel yang tentu saja beraliran listrik. Secepat itu juga sang ibu menegur sang anak dan menjauhkannya dari tempat itu, “Nak, jangan dipegang, ntar kesetrum lho”. Namun, beberapa menit kemudian, ia kembali menarik kabel kipas angin yang masih terpasang, seperti kejadian sebelumnya sang ibu segera mendekati sang anak seraya berkata, “Nak, jangan bandel, mau tanganmu sakit?”. Anak itupun diajak tidur oleh ibunya, satu jam kemudian iapun terbangun dan bermain sendiri karena sang ibu masih tertidur pulas. Ia kembali melihat kabel lemari pendingin dan spontan menariknya, kali ini dengan tangan yang basah karena baru saja keluar dari toilet untuk bermain-main air. Kira-kira apa yang terjadi beberapa detik kemudian? Anak itu tiba-tiba berteriak histeris dan terkapar. Sanking kerasnya suara sang anak, ibupun akhirnya terbangun dan mendatangi arah teriakan itu. “Ya Allah Nak, kenapa lagi?” Sang ibu segera mengangkat anaknya dengan sedikit bergetar dan menelpon ambulan. “Sudah ibu bilang jangan bandel, nak nak!” rintihnya menahan tangis.
Seminggu kemudian setelah peristiwa itu, dengan izin Allah sang anak akhirnya sehat kembali. Iapun bisa bermain-main seperti biasa. Suatu pagi, sang anak diajak sang ibu untuk menemaninya memasak. Ia diberikan beberapa potong wortel, mangkuk plastik, dan pisau mainan agar tidak mengganggu pekerjaan ibunya. Lima menit pertama, sang anak masih asyik dengan adonan yang diberikan sang ibu, memotong-motong wortel walau tak jelas jadinya seperti apa. Menit berikutnya ia merasakan pisau yang ia pakai tak sama tajamnya dengan yang dipakai oleh ibunya. Ia melirik ibunya,”Bu, tukalan picau yuk, picau adek ga ajem,” (baby-talk, red) ajak sang anak pada ibunya sambil memperlihatkan pisaunya. “Jangan toh, nak, yang ini bisa motong jarinya adek!” nasehat sang ibu sambil tersenyum. Sang anak merengek namun akhirnya disogok sang ibu dengan memberikan susu dalam botol pigeon. “Nih, num dulu ya, adek aus, kan?” kata sang ibu lagi sambil membaringkan si anak untuk meminum susu sejenak. Melihat sang anak asyik dengan susunya, ibu bangkit untuk membasuh sayur-sayuran yang ia potong tadi. Tak lama berselang, tiba-tiba sang anak menangis histeris. Sang ibupun segera mendatangi si anak. Alangkah terkejutnya ia ketika menyaksikan tangan kiri sang anak telah dilumuri dengan darah. “Naaak, ibu sudah bilang kan tadi, bandel banget sih!”, sang ibu segera memberi obat merah dan membalut tangan sang anak. Rupanya pisau yang tak sengaja digeletakkan ibu di dekatnya, memancing keingintahuan sang anak menggunakan pisau yang kata sang ibu tajam tadi.
Lima belas menit kemudian, tangisan sang anak mulai reda. Ibupun melanjutkan pekerjaannya. Kali ini ia fokus dengan penggorengannya. Tak mau ada insiden lagi, ibu berpesan pada sang anak yang masih terduduk dengan tenang karena masih merasakan kesakitan pada tangannya,”Nak, duduk yang manis ya, ini panas lho!” sambil menunjuk ke arah wajan. Sang anak memasang wajah seolah mengerti dan hanya memperhatikan gerak-gerik ibunya. Tak bertahan lama, sepuluh menit kemudian sepertinya si anak mulai gerah. Ketika ibunya mengambil panci, sang anak secepat kilat berdiri dan mendatangi wajan yang masih di atas kompor yang menyala, “Duh, atiiiittt…!” teriak sang anak. Sang ibu segera berlari mendatangi si anak, “Duh nak naak, ibu mesti gimana lagi sih ngomongnya?” Nada sang ibu mulai meninggi namun ia segera memberikan lotion pada lengan kanan sang anak yang terkena cedera panas wajan.
Ya, itulah kelakuan anak kecil, walaupun telah diberikan teguran berkali-kali, rasa penasarannya takkan berhenti sampai di situ saja. Walau akan membahayakan dirinya sendiri, Ia akan melakukan apapun tepat dengan apa yang ia kehendaki tanpa mengetahui akibatnya. Lalu, adakah hikmah yang bisa kita ambil dari kenakalan balita ini? Tentu ada, sebagai seorang muslim, maka beribadah pada Allah seharusnya menjadi tugas utama sesuai dengan Qs. Adz-Dzaariyat: 56,”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Namun apa yang kita lihat sekarang, di era yang modern ini, sudah banyak manusia yang lupa berapa banyak sudah kekuasaan Allah yang dihamparkan di muka bumi ini.
Apakah sudah lupa, anda takkan bisa hidup tanpa menghisap oksigen yang ditiupkan Allah seluas-luasnya dengan tanpa mengeluarkan sepeser uangpun. Kalau mau hitung-hitungan, coba saja hitung berapa rupiah anda harus mengocek uang untuk membeli beberapa liter tabung oksigen. Kalau ditotal untuk satu tahun anda telah menghabiskan ratusan milyar rupiah untuk sekedar oksigen. Belum lagi fasilitas-fasilitas Allah lainnya(Selengkapnya baca Qs. Ar-Rahman:1-78 dan surah-surah kebesaran Allah lainnya)
Apakah anda mau disamakan dengan anak kecil yang dikasih tahu, masih saja ‘bandel’? Sudah berkali-kali diperingatkan Allah melalui azab yang telah Dia berikan pada orang-orang sebelumnya dan janjikan dalam ayat-ayat al-Qur’an, masih saja anda langgar dan menyombongkan diri pada Allah. Astaghfirullah! Anda tahu akibatnya apa? Lebih parah dari sekedar kesetrum, terkena pisau, ataupun cedera kena penggorengan.
“Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka." Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 211)
Well, sobat dahsyat, bisa nggak sehari saja anda mencoba resapi nikmat yang sudah diperoleh lalu diikuti dengan syukur dan taat pada Allah? Dari ketika bangun tidur hingga kembali terpejam. Setiap aktivitas dimulai dengan basmalah, Ketika waktu shalat segera dirikan shalat dengan khusyuk, tak ada kata “ah” ketika dimintai tolong orang tua, ketika dicaci maki, tak ada perlawanan dan hanya sabar yang didapat, sadaqah/ infaq di jalan, mengurangi obrolan yang tidak bermanfaat dan diganti dengan tilawah dan dzikrullah, belajar dan berbagi ilmu yang dapat menguatkan ketakwaan bersama sahabat, dan masih banyak contoh lain membangun ketakwaan. Subhanallah dahsyatnya. Cukup sehari anda mencoba taat, rasakan bedanya, pertahankan kenikmatan yang anda rasakan pada hari itu dengan melakukannya lagi esoknya, dan anda akan masuk ke dimensi keistiqomahan. Selamat mencoba menjadi taat sehari aja! “Nak, yuk sehari aja taat sama Allah!”

By Metamorphosiscinta-13jan10-16:48 Wita-Di inspirasi oleh adikku yang ‘ndut dan nakal

Kamis, 07 Januari 2010

Siaga Modus Penipuan by Rhyzna_metamorphosis

Metamorphosiscinta. Banyak jalan menuju Roma. Begitupun dengan kasus-kasus penipuan, makin melesat dan berkembang. Penipuan saat ini tidak selalu menggunakan kekerasan, keramahtamahan yang berlebihan dari orang tak dikenal justru menjadi salah satu kriteria peningkatan kewaspadaan. Well, jika anda kurang jeli menangkap sinyal, bersiaplah menjadi korban selanjutnya. Beberapa sikap siaga di bawah ini sengaja diambil dari pengalaman seorang ibu yang beberapa waktu lalu mengalami penipuan.

• Siaga 1: Penipuan bisa terjadi di mana saja
Penipuan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja bahkan di tempat ramai sekalipun. Seperti yang dituturkan Isna(39), korban penipuan berbasis penjualan barang elektronik, “Satu juta lima ratus raib dari dompet saya padahal toko tersebut berada di salah satu pusat perbelanjaan ternama”.

• Siaga 2: Hindari gerak-gerik mencurigakan
Biasanya modus penipuan melibatkan banyak orang yang ditempatkan di wilayah yang berbeda namun tidak terlalu jauh. Target telah di intai terlebih dahulu, kemudian jika memenuhi syarat akan diserahkan ke orang selanjutnya, hingga target masuk ke dalam wilayah perkenalan, disambut begitu ramah, dan terlibat obrolan-obrolan hangat. “Ketika saya makan di texas, saya seperti melihat seseorang memperhatikan saya, selepas saya pergi dari tempat makan itu, saya tiba-tiba ditawari beberapa brosur dan di bawa ke toko mereka. Di sana saya berpuluh kali berjabat tangan dengan pegawai-pegawainya dan ketika keluar dari tempat mereka saya diantar 2 pegawai hingga parkiran padahal saya sudah katakan saya bisa bawa sendiri”, tutur Isna.

• Siaga 3: Jangan mudah tertarik dengan diskon dan undian
Strategi dan trik jitu sengaja dirancang demi mengelabuhi targetnya. Tanpa bermaksud memberi kesan negatif pada penjaja barang (salesman, red), rayuan demi rayuan akan dilontarkan demi tercapainya tujuan mereka. “Ibu,kompor listrik ini diskonnya 35 % lho bu, kalau ibu beruntung ibu juga akan mendapatkan undian-undian menarik(sambil menunjukkan bermacam-macam hadiah)”, Isna coba meniru gaya promosi mereka.

• Siaga 4: Jangan membubuhkan tanda tangan sembarangan
Jangan tergesa dalam menyepakati perjanjian hitam di atas putih. Pastikan anda telah membaca semua perjanjian yang tertulis di dalam kertas. “Apesnya saya, saya terlanjur menandatangani perjanjian yang belum saya baca. Ketika saya dinyatakan mendapat undian, saya tiba-tiba diminta membayar 1.500.000, padahal sebelumnya hal itu tidak dijelaskan oleh penjual.” Tutur Isna lagi.

• Siaga 5: Segera tinggalkan jika ada persyaratan yang janggal
Jangan mempertahankan posisi, jika apa yang anda alami terlihat aneh. Berhati-hatilah jika di ajak berjabat tangan atau disentuh, waspadai pula hipnotis. “Sebelum memutuskan untuk membeli, penjaga toko menyuruh saya mengeluarkan semua uang saya yang berjumlah satu juta tujuh ratus ribu rupiah dan menaruhnya di salah satu lipatan kertas mereka. Anehnya saya mau-mau saja dan tak bisa beranjak pergi walau sudah diperingatkan dan ditarik-tarik oleh anak saya. Sayapun selalu mengiyakan apa yang mereka katakan hingga akhirnya saya membayar barang mereka yang katanya harganya empat juta rupiah. Belakangan saya ketahui barang itu bukan barang bermerk dan harganyapun tak sampai segitu.”akhirinya.

• Siaga 6: Jangan membawa uang terlalu banyak
Jika ingin bepergian, jangan membiarkan semua uang berada dalam dompet. Tinggallah sebagian atau taruhlah sebagian uang di dalam dompet yang berbeda agar jika kehilangan, tidak semua uang yang hilang. Tanggalkan juga perhiasan, jangan terlalu banyak memamerkan perhiasan, karena itupun akan mengundang perhatian para pelaku kriminal.


Atas nama Penulis:
1. Jika modus macam ini bukan dianggap sebagai penipuan, berikan nama yang tepat atasnya (Apakah bisa disebut sebagai trik jitu agar calon pembeli tidak berkutik?)
2. Jika apa yang penulis tuturkan ternyata hanya pandangan dan prakiraan atas dasar subjektivitas, berikan penulis bukti bahwa toko tersebut memang menarik pelanggannya dengan cara seperti itu(sudah menjadi trik paten mereka dalam menjajakan barang).
3. Penulis mohon ampun pada Allah SWT dan mohon maaf sebesar-besarnya pada toko tersebut jika salah mengartikan trik yang mereka gunakan(bukan penipuan).Kesimpulan yang penulis tulis berdasarkan cerita narasumber.
4. Menginfokan narasumber telah mendapatkan kembali uangnya(toko tersebut mengembalikannya setelah didatangi kembali, padahal di dalam perjanjian barang yang sudah diambil, tidak bisa dikembalikan. Diperoleh informasi, setelah uang itu diambil kembali dengan sedikit keramaian yang dibuat oleh keluarga korban, beberapa saat kemudian toko itu dengan sekejab menjadi sepi dan tidak ada satupun pegawai toko lagi yang terlihat di hari itu).
5. Tetaplah berbaik sangka namun waspadalah!
6. Semoga 6 tips siaga ini bermanfaat


January, 08th 2010/12:00 AM/Tips/RPS Courtesy