Kekurangan itu bisa menjadi karisma tersendiri, Aku bersyukur menjadi diriku, tak ada orang yang sepertiku. Risna, kamu harus beryukur tiap saat yah! Kalo lupa, tilawah hari ini nambah satu lembar. Janji?

Jumat, 17 Juli 2009

Rampok Gue sekaliii aja....

“Rampok…. Rampok, kurang asam loe yee ngambil barang gue, gue kejar elu sampai kiamat!” Buset dah, inilah teriakan histeris ketika kita merasa kerampokan. Keluhan demi keluhan, umpatan, dan bermacam-macam rumus canggih bin mematikan bakal mensugestikan kita untuk mengambil kembali barang yang dirampok. Tapi anehnya, ada juga orang yang pengen dirampok. Hmm… Mungkin daya tarik perampok udah jadi fenomenal kali ya? SMP2 (Sekolah Manajemen Perampokan Professional) pun sudah mulai membuka kelas kejernihan pikiran nih buat bekal kalau-kalau kita dirampok.
Emm katanya sih baca koran, nonton tv, N browsing bisa bikin otak jadi seger. Tapi gimana kalau semuanya memberitakan tentang skandal perselingkuhan pejabat dengan artis, perampokan, korupsi, hingga tragedi Manohara, model cantik yang disandera raja Klantan dari Malaysia? Ditambah nyaksiin perebutan pulau Ambalat dan alat musik, kerusuhan Ambon, Aceh, eh ternyata yang di atas malah asyik cakar-cakaran dalam perebutan kursi DPR. Entah pikiran mereka sedang terjangkit virus ingin menyejahterakan rakyat atau sedang mencari kesejahteraan golongan tertentu. Belum selesai masalah yang satu, muncul pula pengusaha yang ngaku pusing tujuh keliling karena nggak tahu harus memulai dari mana. Mereka takut kalau-kalau akan bangkrut karena pesaing yang gencar beraksi, hingga muncullah serangan balik dengan menghalalkan segala cara. Nggak ada jalan keluar yang dipikirkan secara matang, semua skenario kotor untuk kepentingan individual sudah siap dimainkan. Ibarat air sungai, semuanya sudah jadi keruh. Nggak ada yang bisa dilihat secara utuh. Hupppz….Cukup!!! Di mana dunia gue yang tentram? Di tengah-tengah keadaan yang super keruh ini gimana bisa tetap jernih? Duhh Tuhan, rampok gue buat bebas dari penjara kekotoran public, please!
Huanchu Daoren dalam Back To The Beginning, Reflection on the Tao, pernah nulis sebuah analogi yang amat menarik. Pikiran yang marah, benci dan curiga mirip dengan angin ribut dan hujan deras. Pikiran gembira seperti bintang terang. Orang yang amat keras dan kasar tidak jauh berbeda dengan matahari terik tanpa angin. Namun, apapun yang terjadi, langit tetap jernih berwarna biru.
Beranalogi dari sini, di era yang super keruh ini harusnya ada yang mampu mengelola dan menjadi pembaharu kejernihan pikiran agar pemerintahan menjadi bersih, perusahaan terkendali dan persaingan kembali sehat. Tapi sebelum di cut sutradara karena kesalahan yang bertubi-tubi, sistem self-management harus diaktifkan supaya nggak ada lagi kepercayaan berlebihan tentang teori dan konsep terkenal dan maha dahsyat tanpa implementasi yang akhirnya membutakan penglihatan. Training intensif self-management perlu diberlakukan untuk meruntuhkan ideologi pengeruhan pemikiran. Ibarat sekolah, yang menjadi kelas, perpustakaan, dan laboratoriumnya adalah aku. Aku yang terdidik untuk bersikap awas pada dua narasumber paling kejam yang siap menerkam kejernihan. Pertama, mata dan telinga yang kalau terbuka terus tanpa ada saringan, maka mereka akan atur barisan untuk bergerilya menyakiti dan mencuri kejernihan(wuihh, atur barisan! siaap grakk). Kedua, emosi dan perasaan yang bersarang di dalam diri sendiri. Pengelolaan yang buruk akan hal ini siap mencabik-cabik kejernihan hingga tak tersisa. Karena sesungguhnya apa-apa yang kamu rasa saat ini adalah output dari permainan perasaan kamu sendiri. Nah, SMP2 level ini menjadi tombak interprestasi kamu dalam menjaga kewaspadaan agar kejernihan dari 4 jendela ini nggak ikut dirampok. Gimana skenario aku selanjutnya? Ia akan dikelola oleh fakultas keprofesionalan penjernihan pikiran. Keluarannya, Ia adalah seekor Elang yang terbang paling tinggi, pohon yang besar, kokoh, dan maha rindang, dan pelukis terindah masa mendatang. Dan akhirnya ia berhak mendapat sertifikat kelulusan dan terjun kembali ke penjara kekotoran public.
Oke, apakah pikiran kamu sama dengan artikel ini? silahkan berlogika sendiri! Dan selamat karena kamu saat ini benar-benar telah kerampokan. Kamu tinggalin aktivitas lainnya untuk ngebaca artikel ini sampai selesai. It means the article has robbed you. (Peace..^-^..)


Five Rules to be Happy
Remember the five simple rules to be happy:
Ingatlah lima peraturan sederhana ini untuk hidup bahagia.

1. Free your heart from hated.
Bebaskan dirimu dari kebencian

2. Free your mind from worries.
Bebaskan pikiranmu dari kesusahan.

3. Live simply.
Hiduplah secara sederhana.

4. Give more.
Berilah lebih.

5. Expect less.
Kurangilah harapan.

No one can go back and make a brand new start.
Tiada seorangpun yang bisa kembali dan mulai baru dari awal.

Anyone can start from now and make a brand new ending.
Setiap orang dapat mulai saat ini dan melakukan akhir yang baru.

God didn't promise days without pain,
laughter without sorrow,
sun without rain,
but He did promise strength for the day,
comfort for the tears,
and light for the way.
Tuhan tidak menjanjikan hari2 tanpa sakit,
tertawa tanpa kesedihan,
matahari tanpa hujan,
tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu,
kebahagiaan untuk air mata,
dan terang dalam perjalanan.

Disappointments are like road humps,
they slow you down a bit
but you enjoy the smooth road afterwards.
Kekecewaan bagai "polisi tidur",
ini akan memperlambatmu sedikit
tetapi kau selanjutnya akan menikmati jalan rata.

Don't stay on the humps too long. Move on!
Jangan tinggal terlalu lama saat ada "polisi tidur". Berjalanlah terus !

When you feel down because you didn't get what you want,
just sit tight and be happy,
because God is thinking of something better to give you.
Ketika kau kecewa karena tidak memperoleh apa yang kaukehendaki,
terimalah dan bergembiralah,
karena Tuhan sedang memikirkan sesuatu yang lebih baik untuk
dirimu.





When something happens to you, good or bad, consider what it means
....
Saat terjadi sesuatu padamu, baik atau buruk, pertimbangkanlah
artinya ....

There's a purpose to life's events, to teach you how to laugh more
or not to cry too hard.
Ada suatu maksud untuk setiap kejadian dalam kehidupan,
mengajarmu bagaimana lebih seringkali tertawa atau tidak terlalu
keras menangis.



(Gubahan)

Tidak ada komentar: