Kekurangan itu bisa menjadi karisma tersendiri, Aku bersyukur menjadi diriku, tak ada orang yang sepertiku. Risna, kamu harus beryukur tiap saat yah! Kalo lupa, tilawah hari ini nambah satu lembar. Janji?

Senin, 25 Januari 2010

Manajemen Facebook Para ‘Facebookers Sejati’: Belajar Tidak Egois dengan Status

Ditulis oleh : Rhyzna_metamorphosiscinta
Theme credit : Agar setiap detik lebih bermakna
Catatan pena : ’Kucengkeram Engkau Dengan Pena’
Posted : 25 Januari 2010
Teruntuk : Semua Rekan yang Peduli Fungsi Media Sesungguhnya

Metamorphosiscinta_Kucek DPNA. Dunia maya makin lama makin menunjukkan eksistensinya. Ketika bangun tidur, sarapan, mandi (terbalik ga ya, mandi apa sarapan dulu sih?), beraktivitas, hingga tidur lagi tak pernah ketinggalan kosakata yang menjadi lagu terpopular, “Online, online”. Ada banyak fasilitas dunia maya yang mulai merasuki anak muda sekarang, dari friendster, YM, facebook, blog, hingga twitter merajalela. Mirisnya semua kalangan masyarakat mulai terbiasa mengonsumsinya, salah satunya mungkin kalian yang membaca artikel saat ini. Isinya ya berkisar dari kegiatan yang sedang/baru saja/telah/akan dilakukan pemilik layanan itu. Atau paling tidak perasaan sang pemilik, baik marah, kesal, senang, dan sedih. Atau ada juga yang menuliskan kata-kata bijak, nasehat, dan sebagainya.

Facebookers Sejati???
Well, yang akan penulis kupas saat ini hanya tentang satu layanan dunia maya yang paling banyak digunakan yaitu Facebook. Lalu siapa yang dikatakan facebookers sejati? Apakah yang eksis dalam meng-update status, chatting, memberi comment, dan 24 jam online? Jawabannya Tidak. Tidak benar dan tidak pula salah.
1. Facebookers sejati pandai modifikasi kata
Penulis tidak bermaksud mengucilkan kata-kata sederhana, seperti “aku capek”, “Nggak semangat”, “Aq lagi di pantai nih, enak tenan”, dsb. Sekali lagi bukan maksudnya tidak menghargai kata-katamu dan mempersalahkan kata-kata di statusmu, tapi seandainya status ‘nggak semangat’ diganti “Kudu semangat!” rasanya akan terbaca lebih bijak. Selain bisa membuat dirimu bersemangat kembali, yang membacapun akan ikut bersemangat. Begitu pula dengan status seperti “aq lagi di pantai nih, enak tenan”, bisa dimodifikasi menjadi “Dahsyatnya yang telah menciptakan angin sepoy-sepoy di pantai ini, air yang biru, pasir yang putih, Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan?”. Dengan kata lain, modifikasi ini dimaksudkan agar kata lebih bermakna dan efisien. Kalau hanya menyatakan di mana kamu berada sekarang, sifatnya hanya informatif dan tidak edukatif. Namun jika ditambahkan sedikit kata-kata bijak, statusmu bernilai informatif dan edukatif (dalam kasus ini mendidik untuk pandai bersyukur, red). Toh, kamu tak kehilangan esensi statusmu kan? Malah mendapat kepuasan tersendiri karena statusmu memiliki nilai plus.

2. Facebookers sejati pandai berpolitik
Politik tidak hanya berlaku bagi kalangan pejabat atau pemerintahan, namun juga dalam pengelolaan facebook.
a) Status Bijak Vs Status Egois = 11:12
Mengingat banyak pengguna facebook selalu online dari bangun tidur hingga tidur lagi, peluang memberikan manfaat kepada orang lain semakin besar. Ingat kutipan ayat yang juga pernah kutulis di statusku? “Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya, adapun yang memberi manfaat bagi manusia, ia akan tetap tinggal di bumi” (Qs. Ar-Ra’d: 17). Jadi, seandainya banyak temanmu yang online dan meng-update status, kamu jangan mau kalah dalam meng-update status(Ingat statusmu paling tidak harus bernilai informatif dan edukatif). Lawan status-status biasa dengan status bijakmu. Paling tidak jumlah status bijak sebelas banding dua belas dengan status egois.

b) Politik kata
Sering kali bahasa monoton status yang berisikan kata-kata bijak, kutipan ayat ataupun hadits membuat facebookers malas membaca statusmu. Variasikan cara penyampaiannya. Gunakan kalimat-kalimat bermakna implisit, berikan kalimat-kalimat yang kontras dengan hatimu, seolah sepakat dengan hal yang salah namun akhirnya menuju hal yang kamu maksud. Misalnya menambahkan kata menggelitik, terlihat lucu, dan konyol untuk mengawali hal-hal yang sebenarnya ironis (sekali lagi kusampaikan, harus ada pesan dari tiap status).
“Di antara (tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi)
Politik kata juga berguna sekali bagi facebookers yang sering curhat melalui statusnya. Namun politik kata membuat curhatmu menjadi implisit dan lebih bermanfaat tentunya. Seandainya sedang kesal, jangan sekali-kali menyatakan kekesalanmu. Cari kata-kata bijak/nasehat/lirik lagu yang memiliki pesan positif/kutipan ayat/hadits yang mampu meredam kekesalanmu, lalu berikan penggalan kata terserah di awal/akhir kalimat namun tersirat akan kekesalanmu. Di sinilah letak politiknya, kamu tidak lantas menulis mentah-mentah apa yang kamu rasakan tapi secara implisit sebenarnya kekesalanmu telah tertumpahkan dengan kata-kata yang terselip dalam kata bijak di statusmu saat itu. Insya Allah lebih bermanfaat ketika kamu bisa menyulap kata-kata hujatan kekesalanmu menjadi sebarisan kalimat bijak.

3. Facebookers Sejati Tidak Menganut Sistem Olok Kali Singgung
Karakter yang satu ini bukan hal panjang kali lebar, tapi tentang etika dalam penulisan status. Usahakan statusmu tidak menyinggung orang lain dan baik secara sembunyi atau terang-terangan mengolok orang lain. Jangan pernah melemparkan kata-kata yang kurang nyaman ke dalam statusmu. Hindari segala macam kekerasan(eit salah) maksudnya kata-kata tiiiittt di facebookmu.

4. Facebookers Sejati Punya Target
Setelah modifikasi, berpolitik status, dan menjauhi status olok kali singgung, penting juga untuk diingat, dalam penulisan status harus punya target tertentu. Dua komponen di bawah ini menjadi sangat penting dan tak terpisahkan.
a) Siapa targetnya; “Orang yang kutargetkan membaca statusku adalah si anu, bubuhan anu yang masih suka malas mandi.”
Mengetahui siapa targetnya juga memudahkanmu dalam pemilihan penggunaan bahasa. Kamu sebaiknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kondisi mereka agar pesanmu dalam status mudah diterima. Misalnya targetmu adalah remaja, tapi kamu menggunakan bahasa yang terlalu formal. Ini tentu tidak sesuai dengan mereka yang menginginkan bahasa yang lebih santai.
b) Apa target pencapaiannya; “Seandainya aku pasang status yang ini, berarti minimal satu pembaca statusku siaga akan penipuan yang sering terjadi saat ini.”



5. Facebookers Sejati Pandai Prediksi Status
Sebagai bahan evaluasi, ada baiknya kamu punya kalkulasi berapa banyak pengunjung/pembaca statusmu. Seandainya punya 100 orang teman, berarti kamu punya peluang minimal 1/100 pengunjung/pembaca statusmu. Alhamdulillah, boleh jadi hari ini 1 orang yang membaca statusmu, besoknya 2 orang, hingga dua minggu kemudian 50 orang yang membaca statusmu per hari. Alhamdulillah kamu punya 50 kebaikan per harinya.
Kalkulasi ini juga berguna untuk memperbanyak jumlah pembaca statusmu, kamu bisa mengkalkulasikan status-status yang menjadi perhatian paling banyak, bisa di identifikasi dengan seberapa banyak yang memberi komentar atau yang menyukai statusmu. Dengan demikian, kamu bisa mengembangkan atau menulis kembali status tersebut dengan beberapa revisi.

6. Facebookers sejati tidak lupa….
Hal ini juga teramat penting, facebookers sejati tidak lupa:
a. Kewajiban (Bagi yang muslim; shalat tetap tepat waktu, birul walidain/ berbakti kepada orang tua, begitupun bagi yang non-muslim tidak lupa dengan ibadahnya)
b. Belajar(Bagi yang sekolah dan kuliah) dan tidak lalai dalam bekerja (bagi yang telah memiliki pekerjaan)
c. Menjaga kesehatan (keterlaluan sepertinya kalau facebook membuat orang lupa makan dan minum)

Akhirulkalam, mudah-mudahan 6 karakteristik facebookers sejati ini menjadi pembelajaran agar status tidak bernilai egoisme belaka. Komentar yang banyak namun tidak memunculkan inspirasi bagi orang lain sama saja bohong belaka. Status egois hanya akan diingat pada detik itu dan tidak pada detik kemudian. Semoga artikel ini bisa menginspirasimu.
“Lebih baik berbuat walau sedikit, daripada tenggelam dalam angan-angan,” (Gus Zainal Thoha, sastrawan, budayawan, kolomnis, penulis, dan dosen UGM)

Catatan penting:
Karena status berhubungan erat dengan kegiatan menulis, catatan khusus berikut ini juga perlu digarisbawahi, disadur dari buku karangan Habiburrahman el Shirazy; Fenomena Ayat-Ayat Cinta,”Menulislah apa saja namun jangan menulis sesuatu yang sifatnya melenakan dan melalaikan, menulislah untuk membangkitkan dan mengobarkan semangat. Menulislah dengan memperhatikan nilai yang terkandung di dalamnya”.

Atas nama penulis:
Penulis mohon ampun pada Allah dan mohon maaf pada para pembaca jika ada kata yang kurang berkenan -Mohon berkhusnudzon dengan tujuan penulis-Kucengkeram engkau dengan pena_Kucek DPNA: diam atau non aktifkan saja facebookmu kalau sudah tidak memiliki nilai plus-Mohon konfirmasi jika mengcopy artikel ini--Terima Kasih-

“Ketika aku sedang tidak dimengerti oleh orang lain, mungkin saja saat itu aku tidak mau mengerti dengan perasaan orang lain. Selamat belajar agar tidak egois!”

24jan2010-17:47 Wita-Tak beranjak dari kamarku hingga akupun merelakan tak ikut refreshing bersama ortu dan adik-adikku- revisi: 25jan2010-14:09 wita

Tidak ada komentar: