Kekurangan itu bisa menjadi karisma tersendiri, Aku bersyukur menjadi diriku, tak ada orang yang sepertiku. Risna, kamu harus beryukur tiap saat yah! Kalo lupa, tilawah hari ini nambah satu lembar. Janji?

Senin, 05 Maret 2012

Surat Cinta sang Bodyguard Hati: Aku hanya Belum Ingin, Ma!

Dear Mama…
Kuawali suratku ini dengan mengucap syukur karena kebesaran Tuhan telah memberiku izin untuk menjadi salah satu anakmu.
Ma, boleh langsung cerita ya? Semua ini tentang sebuah keluh yang belum sempat kuceritakan sepenuhnya padamu. Bukan karena takut, namun khawatir engkau belum siap menerima semua tuturku tentang hal yang akan kuceritakan ini. Aku belum sanggup untuk bertutur secara langsung padamu, maka kuputuskan untuk menulis sepucuk surat untukmu. Semoga hatimu tak dirundung kecemasan yang terlalu dalam ya, Ma. Aku tahu engkau wanita yang mudah bernegosiasi dengan pilihan baik anakmu.
Ma, ketika berpuluh kekhawatiranmu tentangku kau lontarkan, sesungguhnya hanya cukup satu alasan yang membuatku selalu menghindar dari keinginanmu. Aku hanya punya satu alasan yang paling masuk akal untuk disampaikan padamu. Meski aku memiliki lebih dari satu jawaban, aku akan tetap memberikanmu jawaban yang sama agar kau bisa memahami apa yang ada dalam pikiranku. Jikapun engkau belum bisa memahami sepenuhnya, setidaknya dengan jawaban itu engkau bisa menghargai keputusanku saat ini. “Aku hanya belum ingin, Ma!” Begitu kan hal yang selalu kuungkapkan padamu jika engkau mulai menggerogotiku dengan pertanyaanmu yang satu itu. Pertanyaan yang sebenarnya kupingku pun telah lelah mendengarnya. “Siapa lelaki pujaanmu saat ini?”
Hm, meski hanya sanggup menghela napas panjang, sebenarnya sangat wajar mama bertanya seperti itu padaku. Aku tahu gadis seusiaku pada umumnya telah memiliki pujaan hati yang setia menemani perjalanan kuliahku yang telah mencapai semester akhir. Sementara anak pertamamu ini tak pernah lagi menunjukkan pria pujaannya pada sang mama. Ma, mungkin jika kujelaskan semuanya, engkau takkan mengerti sepenuhnya. Maka kupilih untuk mengatakan hal yang sama padamu tiap kali pertanyaan itu muncul dari mulutmu.
Ma, Ingin sekali kukatakan padamu bahwa hidup ini tak melulu soal cinta sepasang kekasih seperti kebanyakan sinetron. Tak sekedar itu, Ma. Ada banyak hal yang perlu kulakukan dalam hidupku. Terlebih aku seorang aktivis. Aku sungguh tahu, Ma, kita sama-sama punya kisah cinta. Namun kisah cintaku untuk saat ini bukan kepada seorang lelaki yang sangat kau tunggu-tunggu kehadirannya. Ma, Tahukah engkau, di luar sana(baca: kampus) aku mati-matian meminta adik-adik tingkatku untuk selalu berhati-hati dengan hatinya. Aku meminta mereka agar tidak mudah terpesona dengan rayu-rayu liar para lelaki. Aku meminta mereka agar tak mudah jatuh dan terjerat dalam cinta yang dangkal. Ma, hal ini kutanamkan pada adik-adikku bukan karena aku trauma masa lalu atau bukan karena ajang balas dendam agar patah hatiku di masalalu bisa lenyap. Sungguh, bukan karena itu, Ma. Mama pasti ikut menyaksikan betapa banyak wanita yang bunuh diri karena putus cintanya. Betapa banyak wanita yang rela kehilangan kesucian dirinya dan mengatasnamakan cinta untuk hal itu. Semua itu karena cinta yang dangkal, Ma. Aku hanya tak ingin menikmati cinta yang dangkal itu.
Ma, aku merasa dulu aku bodoh telah menangis berhari-hari karena pria yang belum tentu menjadi kekasih halalku berhasil membuatku meneteskan airmata kesedihan. Ia berhasil menghilangkan beberapa hari bahagia yang harusnya kunikmati di tiap harinya. Aku bodoh membiarkan tangannya nakal menyentuh tanganku dan beberapa bagian tubuhku. Aku malu Ma, ketika suatu hari nanti aku menikah dan suamiku bertanya, “Apakah tanganmu yang saat ini kupegang pernah disentuh orang lain?” Aku malu Ma memberikan sisa-sisa kesucianku pada lelaki terkasih dunia-akhiratku. Aku malu Ma jika suatu saat suamiku menyindirku, “Katanya cinta, tapi kenapa aku hanya diberikan sisa-sisa dari orang lain?”
Mamaku tersayang, engkau harus tahu bahwa aku ini anandamu yang sedang belajar menjaga diri dari kejahatan duniawi. Kita kan wanita, Ma. Kita pasti punya keinginan yang sama untuk dihargai. Ya, mungkin cara menghargai versiku dan engkau berbeda. Mungkin bagimu cara menghargai yang baik adalah ketika ada pria yang begitu perhatian pada wanita, kemudian ia selalu memberikan yang terbaik bagi wanitanya, dan selalu setia di samping sang wanita meski belum ada Ijab Qabul diantara mereka. Namun duhai mama, bagiku cara sebenar-benarnya untuk menghargai adalah ketika seorang pria mampu menutupkan perasaannya dan tak pernah menunjukkan kepada sang wanita hingga waktu yang tepat versi Tuhan mengamini kisah cinta sang pria dan wanita tersebut.
Duhai wanita yang telah bersusah payah membawaku di dalam perutnya selama lebih dari sembilan bulan, Ingin juga kuungkapkan padamu bahwa ruang untuk cinta di hatiku yang kau lihat kosong sesungguhnya telah terisi. Engkau mungkin belum mengerti cinta seperti apa yang kumaksud, namun cintaku ini telah menjadi prioritas bagiku, seorang gadis berjilbab yang merindukan perubahan dalam cinta. Aku sangat ingin mencari cinta yang menguatkan pundakku, mengokohkan pijakanku, dan meneguhkan kehormatanku sebagai wanita. Aku ingin mendapatkan cinta yang tidak egois. Cinta yang tumbuh dan berkembang untuk kebaikan hidupku dan orang-orang di sekitarku. Aku ingin menjadi taman bagi bunga melati. Membiarkan semua orang menikmati aromanya dan mengizinkan setiap orang yang tersentuh oleh harumnya menanam sang melati di pekarangan rumahnya. Aku ingin cintaku saat ini menjadi aroma yang sangat kuat bagi catatan hidupku. Dan aku telah menemukannya, Ma. Jika engkau bertanya bagaimana wujudnya? Maka bukan sosok yang akan kau temui. Ia tak nampak oleh pandanganmu, Ma. Ia abstrak bagi manusia namun nampak nyata untuk pengerjaannya. Dialah tanggung jawab yang diturunkan Tuhan dan harus kusambut dengan sepenuh hati sebagai aktivitas yang memenuhi hari-hariku. Aku mencintai gelar aktivis muslimah yang kusandang, Ma. Aku cinta pada training-training motivasi yang melibatkanku sebagai salah satu panitianya. Aku cinta menjadi sekretaris sebuah lembaga islam kemahasiswaan yang di dalamnya aku terlibat memudahkan administrasi dalam kerja-kerja positif bagi sesama mahasiswa. Aku cinta menjadi koordinator bidang yang bersamanya aku bisa mencerahkan kehidupan orang lain. Aku cinta menjadi ketua umum sebuah unit kegiatan mahasiswa yang di dalamnya aku bisa membantu mengoptimalkan minat dan bakat orang lain. Aku cinta kepada semua hal yang membuatku bisa bermanfaat bagi orang lain. Itulah Ma, cintaku saat ini. Cinta yang membuatku merasa bisa mengendalikan arus dunia dengan tepat dan berdaya guna bagi orang-orang di sekitarku. Cinta yang membuatku tidak takut terhadap sisi negatif dunia.
Ma, cintaku ini hebat kan? Masihkah engkau merasa ada yang kurang dari diriku yang belum juga memiliki kekasih ini? Tenanglah Ma, Jodohku tak mungkin dimiliki orang lain. Meskipun aku tak pernah menjalin hubungan dengannya, jika ia memang jodohku, Tuhan akan memberikan jalan yang baik untuk mempertemukan kami. Bahkan Ma, Tahukah engkau prioritas cintaku saat ini bisa menjadi sarana yang baik agar cinta menemukanku dengan seseorang yang memiliki cinta baik dan tak sekedar mencintaiku dengan sangat dangkal. Mama tahu Mario Teguh, kan? Itu lho motivator keren yang kita tonton sepekan sekali di salah satu stasiun televisi. Katanya, “Cukup pantaskan diri kita untuk ditemukan oleh cinta sejati”. Nah, saat ini izinkan aku memantaskan diri untuk ditemukan cinta itu, Ma. Pasti cinta sejati tidak akan salah menemukanku. Aku pokoknya percaya penuh deh dengan perjalanan cinta yang sedang mencariku. Dan kupastikan ia akan datang tepat waktu.
Duhai mamaku yang selama dua puluh dua tahun ini telah mengizinkanku menetap di salah satu ruang hatimu, masih meragukah engkau atas keyakinanku bahwa cinta yang tepat akan menemukanku suatu hari nanti? Jika mama masih meragu, baiklah Ma, aku akan jujur beberapa hal lagi padamu. Ma, jika aku mau, aku bisa mendapatkan lelaki mana saja yang kumau sekarang juga. Aku ini manis kan, Ma? Bukankah wanita manis itu mudah untuk mendapatkan seorang lelaki pujaan hatinya? Hehe, maaf ya Ma jika terkesan terlalu percaya diri, mama juga kan tahu tak ada wanita yang diciptakan Tuhan dengan fisik yang jelek. Tapi Ma, semua ini bukan karena ukuran manis dan jelek ataupun terlalu selektifnya diriku. Aku hanya ingin mematuhi jalan hidupku dan menghormati keinginan Tuhan atasku.
Ma, seperti yang telah kukatakan di awal, aku hanya belum ingin memilikinya. Jikapun aku ingin memilikinya sekarang, maka aku akan memilih untuk menikah bukan menjadi kekasihnya. Mama mau ya kehilangan anakmu secepat itu? Membiarkanku tinggal bersamanya di rumah terpisah, padahal aku belum banyak membalas kebaikanmu yang terlampau banyak itu.
Ma, aku belum pernah menyampaikan prinsipku yang satu ini padamu, ya? Lelaki sejati yang mencintaiku akan menemuimu langsung di waktu yang tepat untuk memintaku. Dia tidak akan merendahkan harga diriku dengan mengajakku menjalin hubungan sebelum ijab qabul terucap. Untuk itu Ma, boleh ya mengisi waktuku sebelum cinta sejatiku datang dengan pengoptimalan peran baikku?
Ma, prioritas cintaku saat ini membuat Tuhan belum mengizinkan cinta lain menggantikan beberapa bagian di hatiku. Mama kan juga tahu, saat banyak orang selalu mementingkan urusan pribadinya, maka aku harus semakin tidak boleh egois. Bukan bermaksud menjadi pahlawan kesiangan, Ma, tapi ini tentang resiko menjadi makhluk sosial yang peduli akan pentingnya memberi dan membagi efek positif. Mama pasti pernah membayangkan jika di sebuah jalan besar tak ada petugas kebersihan, sedangkan semua orang hanya peduli dengan perjalanannya sendiri, seberapa kotor jalan raya itu? Ah, aku tak mau membayangkannya terlalu dalam. Pikiranku terlalu sakit untuk membayangkan satu persatu keegoisan yang muncul saat ini.
Duhai Mamaku,
jika engkau tersinggung dengan kata yang kurangkai dalam surat ini, maka sujud sungkemku semoga bisa membuatmu kembali memaafkanku. Aku mohon ampun pada Tuhan atas kata dan perilakuku yang mungkin tanpa sadar telah menyakitimu.
Semoga Tuhan membalas kebaikanmu selama ini, Ma.
Satu lagi yang harus kau tahu, Anandamu ini sayang padamu. Begitu pula pada lelaki yang sampai saat ini mendampingimu beserta dua adikku, aku sungguh menyayangi mereka. Kusertakan pula salam penuh takzim pada kedua orang tuamu, Ma. Aku sungguh tak bisa kehilangan mereka.

Anandamu,
Di kamar inspiratifku, 04 Sept 2011
Nb: Ma, uang sanguku jangan dipotong ya ^^

Tidak ada komentar: