Pernah merasa kehilangan sesuatu? Gimana rasanya? Tentu penggalauan terjadi di semua bagian. Kalo buatku, rasanya kayak sariawan (hehe, karena emang lagi sariawanan diriku). Bibir kering, perih-perih gimana gitu, sakitnya ngebuat makan nggak enak, bahkan minumpun porsinya jadi sedikit karena perihnya nggak ketulungan. Hahay meski lebay, tapi kebanyakan emang gitu kan ya?
Perasaan kebanyakan itu juga mampir ke aku. Huhh, harusnya dia nggak perlu mampir, harusnya langsung kuusir aja. Namun pengusirannya nggak segampang itu, men.
Butuh waktu. Butuh proses untuk meniadakannya. Macam sariawan, biar sembuh yah kudu dikasih treatment dulu. Kasih vitamin C atau yang serupa atawa perlu dibiarin aja. Tapi pembiaran akan menyebabkan kita terancam lama untuk sembuh. Mau? Actually, kalo aku ogah. Sakiiitttnya nggak menahan, men.
Terus gimana dong kalau galaunya nggak pergi-pergi meski dah ditreatment?
Hmm, pertanyaan pertama, “Beneran niat nggak pengen ngilangin galaunya? Percuma kalau niatnya belum nyampe ke hati. Yah dia nggak bakal pergi-pergi.
Pertanyaan kedua, “Kalau niatnya udah beneran full, udah beneran ikhlas nggak sih kita kalau galaunya pergi? Mungkin aja nih ya, sebenarnya kita masih ngarepin hal yang udah ilang tadi. Niatnya emang pengen ikhlasin, tapi kitanya belum siap. Kalau udah gini, buru-buru deh tenagai kalimat ini, “AKU BENERAN IKHLAAAASSS DAN SIAP MENERIMA APAPUN YANG TERJADI PADA HIDUPKU!”
Pertanyaan ketiga, “Kalau belum juga tenang tuh hati dan pikiran, buru-buru diinget, udah chatting sama Allah belum? Siapa tahu kita belum mengizinkan Allah untuk ikut campur menghilangkan penggalauan yang terjadi. Pan Cuma Allah yang pandai nangkep semua kegalauan yang ada dan menggantinya dengan perasaan tenang.
Nggak percaya? Mau bukti? Baiklah, aku ngaku. Sebenernya aku lagi galau (bahasa anak muda yang sebenernya amat kuhindari penggunaannya, tapi kejadian deh sama aku @,@). Aku bisa nanya tiga hal itu juga karena mendadak baru aja aku adakan sedikit renungan untuk rasa kegalauan malam ini. Aku nggak tenang meski aku udah sampe poin 2. Akhirnya, di tengah rasa nggak nyamanku itu, aku minta pada Allah untuk memberikanku rasa yang lebih tenang.
Subhanallah, setelah berdoa, tiba-tiba kubaca sebuah timeline di twitter. Kata-kata penghiburannya pas banget untuk penggalauan yang terjadi padaku.
***
“Tuhan menempatkan seseorang dalam hidupmu karena sebuah alasan, dan mungkin menghapusnya dari hidupmu untuk sebuah alasan yang lebih baik.”
***
Hati dan pikiranku mendadak lebih nyaman setelah itu. Rupanya Allah berkenan memberi penghiburan padaku. Bahkan kurasa malam ini Allah responsif sekali terhadapku. Yah, kayak timeline yang baru diposting, terus tiba-tiba dapet reply yang cepet.
Yup, Alhamdulillah aku udah dijodohin buat ketemu kata-kata itu malam ini.
“Tuhan tahu aja deh apa yang aku tanyakan, makasih yaa, Allah...
Perasaan kebanyakan itu juga mampir ke aku. Huhh, harusnya dia nggak perlu mampir, harusnya langsung kuusir aja. Namun pengusirannya nggak segampang itu, men.
Butuh waktu. Butuh proses untuk meniadakannya. Macam sariawan, biar sembuh yah kudu dikasih treatment dulu. Kasih vitamin C atau yang serupa atawa perlu dibiarin aja. Tapi pembiaran akan menyebabkan kita terancam lama untuk sembuh. Mau? Actually, kalo aku ogah. Sakiiitttnya nggak menahan, men.
Terus gimana dong kalau galaunya nggak pergi-pergi meski dah ditreatment?
Hmm, pertanyaan pertama, “Beneran niat nggak pengen ngilangin galaunya? Percuma kalau niatnya belum nyampe ke hati. Yah dia nggak bakal pergi-pergi.
Pertanyaan kedua, “Kalau niatnya udah beneran full, udah beneran ikhlas nggak sih kita kalau galaunya pergi? Mungkin aja nih ya, sebenarnya kita masih ngarepin hal yang udah ilang tadi. Niatnya emang pengen ikhlasin, tapi kitanya belum siap. Kalau udah gini, buru-buru deh tenagai kalimat ini, “AKU BENERAN IKHLAAAASSS DAN SIAP MENERIMA APAPUN YANG TERJADI PADA HIDUPKU!”
Pertanyaan ketiga, “Kalau belum juga tenang tuh hati dan pikiran, buru-buru diinget, udah chatting sama Allah belum? Siapa tahu kita belum mengizinkan Allah untuk ikut campur menghilangkan penggalauan yang terjadi. Pan Cuma Allah yang pandai nangkep semua kegalauan yang ada dan menggantinya dengan perasaan tenang.
Nggak percaya? Mau bukti? Baiklah, aku ngaku. Sebenernya aku lagi galau (bahasa anak muda yang sebenernya amat kuhindari penggunaannya, tapi kejadian deh sama aku @,@). Aku bisa nanya tiga hal itu juga karena mendadak baru aja aku adakan sedikit renungan untuk rasa kegalauan malam ini. Aku nggak tenang meski aku udah sampe poin 2. Akhirnya, di tengah rasa nggak nyamanku itu, aku minta pada Allah untuk memberikanku rasa yang lebih tenang.
Subhanallah, setelah berdoa, tiba-tiba kubaca sebuah timeline di twitter. Kata-kata penghiburannya pas banget untuk penggalauan yang terjadi padaku.
***
“Tuhan menempatkan seseorang dalam hidupmu karena sebuah alasan, dan mungkin menghapusnya dari hidupmu untuk sebuah alasan yang lebih baik.”
***
Hati dan pikiranku mendadak lebih nyaman setelah itu. Rupanya Allah berkenan memberi penghiburan padaku. Bahkan kurasa malam ini Allah responsif sekali terhadapku. Yah, kayak timeline yang baru diposting, terus tiba-tiba dapet reply yang cepet.
Yup, Alhamdulillah aku udah dijodohin buat ketemu kata-kata itu malam ini.
“Tuhan tahu aja deh apa yang aku tanyakan, makasih yaa, Allah...